Media

Berita, pengumuman dan informasi terkini tentang Grup APRIL

 Bagikan  Email  Cetak

Bicara tentang warisan budaya Melayu, pastilah mata akan tertuju pada Provinsi Riau yang menjadi rumah bagi sejarah dan kebudayaan Melayu di Indonesia. Provinsi yang dijuluki Bumi Lancang Kuning ini bahkan melestarikan warisan budayanya melalui program pariwisata berkelanjutan.

Terletak di jantung  dan sepanjang pesisir Selat Malaka, provinsi Riau memiliki berbagai keistimewaan. Selama berabad-abad, para saudagar dan pedagang berbondong-bondong mengunjungi provinsi yang terkenal dengan lanskapnya yang makmur dan histori kejayaan dari kesultanan masa lampau.

Tak heran, kayanya sejarah dan budaya menjadikan masyarakat Riau sangat beragam dengan komunitas yang terikat pada beberapa etnis, seperti Melayu, Jawa, Tionghoa, Minangkabau, Batak, Bugis, dan Banjar.

Aset budaya yang tak ternilai ini menjadi warisan yang sangat berharga bagi Riau. Upaya pelestarian budaya terus dilakukan dalam mempertahankan identitas provinsi, mulai dari melestarikan arsitektur, sastra, sejarah, tradisi, kuliner, dan masih banyak lagi.

Tahukah kalian kertas dapat memberikan kontribusi yang besar untuk masa depan yang berkelanjutan? 

Selama ini, kertas menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Sehari-hari, hampir seluruh aktivitas kita bersentuhan dengan kertas, mulai dari kotak sereal sarapan hingga dokumen pekerjaan yang kita temui di kantor.

 

Kertas merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita

Banyak sekali jenis kertas yang tersedia di pasar untuk membantu memudahkan pekerjaan kita selama ini. Namun, penting untuk memastikan bahwa kertas yang kita gunakan berasal dari pengelolaan yang ramah lingkungan.

Sebetulnya, apa itu kertas ramah lingkungan?

Bagi yang belum tahu, kertas terbuat dari bubur kayu (pulp) yang dihasilkan dari pohon yang ditebang dalam kawasan hutan tanaman industri (HTI). Terkadang, persepsi ini dianggap negatif oleh sebagian orang. Padahal, dengan pengelolaan yang tepat, kayu merupakan sumber daya yang terbarukan dan berkelanjutan.

 Memproduksi kertas secara berkelanjutan artinya para produsen harus mematuhi pedoman tertentu dalam mengelola hutan tanaman industri dengan cara yang baik dan lestari. Menjalankan solusi inovatif seperti penanaman kembali pohon dan pemetaan wilayah, memungkinkan kayu, bubur kertas dan kertas dibuat secara bertanggung jawab sehingga hutan dapat berkembang terus secara berkelanjutan.

 Sertifikasi pengelolaan hutan diciptakan sebagai garansi bahwa proses produksi dan rantai pasokan berkelanjutan dapat menurunkan bahaya kerusakan lingkungan sembari tetap mempertahankan pertumbuhan industri yang memberikan dampak baik untuk ekonomi masyarakat.

 

Artinya, produk kertas yang memiliki label Program for Endorsement of Forest Certification (PEFC) atau Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu Indonesia (SVLK) dipastikan berasal dari hutan lestari.

Nah, bagi kalian selaku konsumen, adanya sertifikasi dapat menjadi panduan untuk menelusuri kembali produk kertas pilihan kita, apakah telah menerapkan metode berkelanjutan dan lestari sesuai dengan kebijakan yang diberlakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Industri Cetak Masih Eksis

Masih ingat asumsi banyak orang bahwa era penggunaan kertas akan ‘habis’ seiring dengan majunya teknologi?

 Ya, pada pertengahan 2000-an, industri penerbitan mulai was-was dengan berbagai produk publikasi elektronik yang semakin mengecilkan peran dari buku cetak. Tak terkecuali perusahaan penerbitan sekaliber Kompas Gramedia.

 Barulah pada 2016, Kompas Gramedia mendorong digitalisasi konten dengan mengakuisisi SCOOP, yang pada saat itu menjadi platform penerbitan online terbesar di Indonesia. Dua tahun kemudian, pada 2018, mereka meluncurkan Gramedia Digital, yang berhasil memindahkan aktivitas toko offline menjadi berbasis online. Namun, toko buku tersebut tetap mempertahankan gerai untuk menjual buku fisik.

 Soalnya, strategi Kompas Gramedia tidak dimaksudkan untuk menggusur buku fisik pada masa digital, melainkan untuk memudahkan pembaca mengakses buku cetak melalui platform digital. Selain itu, cara ini juga sekaligus menawarkan pilihan judul e-book secara terbatas.

 Karenanya, Gramedia Digital lebih berfungsi sebagai toko online yang mereplikasi layanan dan variasi produk di toko fisiknya, dengan opsi tambahan bagi pembaca untuk membeli e-book.

 Di masa pandemi seperti sekarang ini, strategi tersebut membuahkan hasil Penjualan buku cetak meningkat 90% antara Januari dan Mei 2020. Kenyataannya, menurut Kompas, penerbit buku menikmati lonjakan permintaan hingga 400% di atas ekspektasi mereka sepanjang tahun.

Bagi sebagian orang, cukup mengejutkan mengetahui penerbit sebesar Kompas Gramedia belum sepenuhnya digital. Namun alasannya cukup sederhana: di Indonesia penetrasi e-book masih cukup rendah. Menurut Tech in Asia, penjualan e-book hanya menyumbang kurang dari dua persen dari total penjualan buku di Indonesia.

Memang benar bahwa disrupsi digital telah mengguncang industri media, musik, dan hiburan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Namun, jika menyangkut perihal buku dan pengalaman membaca secara fisik, buku cetak masih menjadi pilihan utama di hati masyarakat. Jelas saja, harga e-book hampir sama dengan buku cetak, terutama untuk buku yang diproduksi di dalam negeri. Misalnya, buku Raditya Dika yang berjudul Koala Kumal, dibandrol Rp50.000 per salinan fisik; sedangkan format digitalnya hanya terpaut sedikit yakni Rp 44.000 setelah diskon.

Ini memperkuat kenyataan bahwa kertas masih jauh dari usang atau berakhir. Menurut Report Buyer, pasar percetakan buku global diperkirakan mencapai 49 miliar dolar AS pada 2024, yang menunjukkan pertumbuhan lebih dari 1 persen sejak 2018.

Jenis kertas

Nah, setelah kita mengetahui bahwa industri percetakan global masih tetap bertahan dan terus berkembang, yuk kita simak jenis-jenis kertas yang sesuai dengan pilihan dengan kebutuhan kalian!

Kertas daur ulang

Jika kalian ingin mengurangi jejak karbon, ini adalah pilihan kertas yang tepat. Kertas jenis ini terbuat dari daur ulang bubur kertas. Dengan begitu, jenis kertas ini lebih hemat energi karena membutuhkan energi dan air yang lebih sedikit, yakni sekitar 70% saja dibandingkan dengan membuat kertas baru. Kabar baiknya, menurut Reader’s Digest, kertas adalah salah satu dari sembilan bahan paling mudah didaur ulang di dunia.

 

Kertas matte dan kertas glossy

 Mungkin kalian biasa melihat kertas yang cenderung mengkilap ini, namun tidak mengenal namanya. Biasa disebutkertas glossy, kertas ini memiliki kesan halus dan ketika diletakkan di bawah cahaya akan bersinar dan memantulkan cahaya. Karena teksturnya yang memberikan warna yang baik, jenis kertas ini sangat cocok untuk brosur, foto, dan pamflet.

Sebaliknya, untuk kertas jenis matte, tidak memiliki permukaan yang berkilau dan cahaya dibiaskan secara halus dan rata sehingga tidak memantulkan warna yang silau. Jenis kertas ini populer untuk majalah, buku, dan produk cetak berbasis fotokopi lain.

Kertas berlapis sutra

Bagaimana jika kalian menginginkan jenis kertas dengan lapisan yang tidak matte dan juga tidak terlalu glossy? Nah, kertas berlapis sutra adalah pilihannya. Kertas ini halus, seperti glossy, tetapi tidak berkilau. Selain itu, kertas ini terasa mewah karena dibuat dari serat sutra. Kertas berlapis sutra memiliki mutu premium seperti kertas glossy, tapi memiliki keunggulan kertas matte (tinta kontras dengan kertas). Jenis kertas ini biasa digunakan dalam urusan-urusan bisnis papan atas untuk menciptakan kesan mewah dan berbeda.

Kertas bond

Kertas jenis ini awet dan tahan lama. Karena tidak memiliki lapisan, kertas ini mudah digunakan untuk mesin cetak atau menulis, namun sayangnya kertas jenis ini mudah sobek, lecet, dan ternoda.

Tanggung jawab lingkungan

Menghasilkan kertas dengan mutu terbaik dan memberikan dampak seminimal mungkin terhadap lingkungan selalu menjadi prioritas utama PaperOneTM, merek unggulan Grup APRIL. Produk kertas ini telah mengantongi sertifikat PEFC dan terbukti hemat tinta . Selain itu, kualitas kertas yang mumpuni memberikan hasil cetakan bebas noda dengan warna yang cerah dan garis-garis tajam, sempurna untuk presentasi visual yang kuat.

PaperOneTM, yang dikenal dengan rangkaian kertas bermutu premiumnya, terbuat dari 100% serat terbarukan dan menawarkan solusi terbaik untuk keperluan pencetakan dan penyalinan.

PaperOne terbuat dari 100% serat terbarukan yang dijual ke lebih dari 70 Negara

Diluncurkan Grup APRIL pada 1998, PaperOneTM menjadi yang terdepan dalam produk kertas cetak rumahan, kantor, dan niaga dibandingkan dengan merek internasional lain dalam unsur ketebalan, opasitas, dan mutu arsip.

Selain itu, produk PaperOneTM telah diekspor ke lebih dari 70 negara – yang konsisten dalam menghasilkan mutu pencetakan secara professional namun tetap meminimalkan dampak lingkungan.

Inovasi adalah kunci kemajuan. Ketika konsumen menjadi lebih sadar dan selektif terhadap jenis kertas yang mereka beli, perusahaan harus mencari cara untuk menciptakan solusi berkelanjutan, yang sejalan dengan tujuan pembangunan. Begitu juga yang dilakukan Grup APRIL.

Saat bicara tentang perjuangan kesetaraan perempuan di Indonesia, kita pastilah tak lepas dari sosok Raden Ajeng Kartini. Pemikiran dan perjuangannya di masa lampau telah menginspirasi para perempuan modern untuk melawan streotip dan diskriminasi, salah satunya di dunia kerja.

Ya, kini perempuan semakin banyak memegang jabatan penting, sebut saja menteri keuangan perempuan pertama di Indonesia Sri Mulyani Indrawati yang dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik di dunia dan memenangkan gelar Menteri Keuangan terbaik dunia tahun lalu berkat keberhasilannya mengelola fiscal negara selama pandemi saat ini. Ada pula nama Najwa Shihab, yang menjadi salah satu jurnalis perempuan paling disegani saat ini.

Di kancah internasional, Kamala Haris mencatatkan sejarah sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat perempuan pertama di Negeri Paman Sam. Yang teranyar, ada pula Jacinda Ardern selaku Perdana Menteri Selandia Baru perempuan yang sukses mengendalikan pandemi Covid-19 di negaranya.

Meskipun banyak kemajuan telah dicapai, perjalanan menuju kesetaraan gender masih perlu diperjuangkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertengahan tahun lalu, masih terdapat ketimpangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia antara perempuan yaitu 53,13% dan laki-laki sebesar 82,41%.

Padahal riset McKinsey pada 2018 menyatakan jika partisipasi kerja perempuan naik hingga 56% di 2025, maka Produk Domestik Bruto (PDB) dapat bertambah hingga USD 135 miliar.

Sayangnya, masih banyak perempuan yang terpaksa mengundurkan diri dari posisinya akibat konsentrasi yang terbagi untuk mengasuh anak. Kesenjangan upah pun masih terjadi, perempuan tercatat berpenghasilan 23% lebih rendah dari pria.

Dirayakan setiap 21 April, peringatan hari Kartini tahun ini menjadi momen bagi kita untuk melangkah lebih jauh dalam menantang ketidaksetaraan.

Melihat isu ini, APRIL berperan aktif dengan memberikan ruang bagi perempuan untuk berpartisipasi secara efektif. Sebagai perusahaan pulp dan kertas yang mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), APRIL menjamin kesetaraan peluang untuk pengembangan karyawan perempuannya.

Pada kesempatan kali ini, tiga pemimpin perempuan di APRIL akan membagikan pandangannya tentang kecintaan atas pekerjaan mereka dan bagaimana menantang stigma dan hambatan seputar perempuan di tempat kerja. Mereka adalah E-commerce & Marketing Manager  Patricia Dharmawan, Corporate Legal Manager Astiyanty dan Talent Acquisition Margareta Herawan.

 

Pandemi telah menghantam pariwisata global. Kini saatnya kita menghidupkan kembali industri pariwisata agar tetap bisa tumbuh secara berkelanjutan.

Masih jelas dalam ingatan saat media sosial diramainkan oleh potret kosongnya ruang tunggu bandara dan jejeran pesawat tak terisi pada Maret 2020 lalu. Saat itu, sejumlah negara mulai mengambil langkah reaktif dengan menutup negaranya (lock down) dengan harapan dapat menghentikan penyebaran pandemi Covid-19.

Setahun telah berlalu dan tampaknya pariwisata global masih sulit untuk “sembuh” dari situasi ini. Organisasi Pariwisata Dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) mencatatkedatangan turis internasional pada tahun 2020 turun sekitar 74 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 1,5 miliar. Akibatnya, sektor ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia ini harus mundur jauh imbas Covid-19. Dampak dari situasi pandemi ini sangat menyedihkan bagi banyak negara berkembang di kawasan Asia-Pasifik, di mana pariwisata merupakan sumber pendapatan utama.

 Bagikan  Email  Cetak