masthead sustainability peatland

Keberlanjutan

Pengelolaan hutan yang bertanggung jawab, adalah kunci dari operasional kami

 Bagikan  Email  Cetak

Pengelolaan Lahan gambut

Pesisir timur Sumatera memiliki karakteristik dataran datar rendah dengan hutan rawa gambut di wilayah tepi sungai dan pantai. Lingkungan ini sulit untuk ditempati dan dikembangkan dan hingga belum lama ini sebagian besar wilayahnya dibiarkan tidak dihuni. Dalam dua dekade terakhir, sejumlah tantangan pembangunan ini telah diatasi dan Provinsi Riau kini memiliki ekonomi yang berkembang yang hampir seluruhnya didasarkan pada agronomi (pertanian) dan kehutanan, di mana populasi yang semakin berkembang menimbulkan tekanan pada sumber daya alam dengan hampir semua lahan yang mengandung mineral telah dikembangkan .

Pentingnya sektor pertanian dan kehutanan diakui oleh pemerintah Indonesia sebagaimana dibuktikan dengan penerbitan izin untuk pembangunan di kawasan-kawasan ini. Hal ini mencerminkan fokus ekonomi pada saat ini terhadap industri yang menciptakan lapangan kerja berkelanjutan dan kontribusi ekonomi lokal. Perusahaan-perusahaan termasuk Grup APRIL diberikan izin untuk mengelola lahan terdegradasi yang tidak lagi produktif untuk dikelola menjadi hutan tanaman yang dikelola secara aktif dan berkelanjutan sejalan dengan tujuan ini.

Penerima manfaat dari izin ini memiliki tanggung jawab untuk menjamin bahwa mereka menyeimbangkan kewajiban terhadap masyarakat dan pembangunan dengan perlindungan lingkungan. Kami melindungi kawasan konservasi bernilai tinggi dari ancaman yang ditimbulkan akibat kebakaran dan perambahan liar sebagai bagian dari pendekatan menyeluruh terhadap pengelolaan lanskap. Pada saat yang sama, hutan tanaman berkelanjutan kami menciptakan kesempatan kerja, menghadirkan alternatif yang berkelanjutan untuk menjaga penghidupan masyarakat lokal.

Pendekatan Grup APRIL terhadap pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dan efektif didasarkan prinsip penggunaan lahan yang 'seimbang' dan merupakan bagian dari pendekatan pengelolaan lanskap menyeluruh. Perkebunan (hutan tanaman) Grup APRIL terletak di lanskap terdegradasi yang telah dikembangkan untuk kegiatan hutan tanaman yang produktif. Alokasi penggunaan lahan didasarkan pada kajian Nilai Konservasi Tinggi atau High Conservation Value (HCV) baik di tingkat lanskap dan tingkat unit manajemen maupun pendekatan konsultasi publik dan ilmu pengetahuan yang ada. Kajian HCV mengidentifikasi area konservasi dan perkebunan yang sesuai sebagai bagian dari pendekatan holistik untuk perencanaan lanskap. Alat perencanaan lanskap meliputi survei dan pemetaan yang rinci, kajian hidrologi dan kajian pengelolaan ancaman kebakaran. 

Di mana area konservasi diidentifikasi, diimplementasikan hutan tanaman yang dikelola secara profesional sebagai zona penahan membentuk cincin pelindung di sekeliling kawasan konservasi, yang menjaga terhadap perambahan dan degradasi oleh kegiatan penebangan dan pembakaran. Ini adalah cara yang terbukti untuk mengonservasi kubah hutan rawa gambut dan koridor tepian sungai dari perambahan pertanian, dehidrasi dan kebakaran.

Baca lebih lanjut tentang inisiatif Konservasi kami di sini.

Sifat lahan gambut menciptakan manfaat yang unik sekaligus tanggung jawab tambahan. Lanskap tersebut mendukung pertanian pohon produktif yang menciptakan keunggulan kompetitif bagi kehutanan Indonesia. Ketika dikelola dengan bijaksana dan hati-hati, risiko terhadap lingkungan dapat berkurang jika dibandingkan dengan area hutan yang tidak dikelola. Dengan cara ini kami berkomitmen untuk memastikan perlindungan lahan gambut yang sensitif melalui strategi pengelolaan perkebunan berkelanjutan yang menggabungkan pencegahan dan penanggulangan kebakaran, perlindungan lanskap serta menciptakan peluang peningkatan ekonomi lokal.

Kelompok Independen Ahli Gambut (IPEWG)

Salah satu inisiatif penting dalam SFMP 2.0 adalah komitmen perusahaan untuk membentuk sebuah Kelompok Independen Ahli Gambut (IPEWG) guna memberikan rekomendasi ilmiah tentang pengembangan strategi pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan. IPEWG pertama kali diresmikan pada tahun 2016 dan terdiri dari enam ilmuwan lahan gambut dari Inggris, Finlandia dan Indonesia. Untuk mengarahkan ruang lingkup pekerjaannya, IPEWG menciptakan Peta Jalan (roadmap) Lahan Gambut yang memiliki tiga komponen:

  • Pemahaman ilmiah dan pengurangan resiko: membangun pemahaman ilmiah yang kuat untuk mendukung pengelolaan lahan gambut yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
  • Pengelolaan lahan gambut yang bertanggung jawab: menerapkan inisiatif program APRIL untuk menerapkan produksi lahan gambut yang bertanggung jawab, dirancang untuk mengurangi kebakaran, mengoptimalkan hasil produksi, meningkatkan mata pencaharian masyarakat dan mengurangi penurunan permukaan tanah dan jejak karbon APRIL di lahan gambut tersebut.
  • Mengembangkan visi lahan gambut jangka panjang berdasarkan pengelolaan produksi yang bertanggung jawab, program restorasi dan rehabilitasi, serta memberikan perlindungan semua hutan yang tersisa dengan bekerja sama dengan pemangku kepentingan lain, untuk memberikan keseimbangan antara produksi, perlindungan dan pembangunan sosial.

Untuk informasi lebih lanjut tentang pekerjaan IPEWG, termasuk pengawasannya terhadap proyek pengukuran emisi gas rumah kaca yang penting, silahkan lihat Pembaruan Kemajuan Fase Satu IPEWG.

Pengelolaan Air

Di Riau, Indonesia, curah hujan bervariasi sesuai dengan musim mulai antara 50 mm curah hujan per bulan selama periode penghujan ringan hingga lebih dari 500 mm curah hujan per bulan selama bulan-bulan penghujan yang intensif. Situasi ini, (kemungkinan) kelebihan kadar air meski telah terjadi penguapan, mendorong kebutuhan pengelolaan air di dalam hutan tanaman kami; sementara Hutan Konservasi Bernilai Tinggi dan area konservasi lainnya dibiarkan tak tersentuh dan dilindungi terhadap kegiatan perkebunan.

Perencanaan penggunaan lahan adalah pedoman utama yang digunakan untuk memaksimalkan kondisi pertumbuhan hutan tanaman dan untuk meminimalkan potensi dampak lingkungan yang terkait dengan pengembangan lahan gambut (misalnya emisi gas rumah kaca (GRK)/green house gas (GHG) dari tanah gambut yang dikeringkan secara berlebihan, misalnya di lokasi-lokasi tanpa perencanaan pengelolaan air dan sumber-sumber yang menyertainya). Perencanaan lanskap melibatkan perlindungan dan penyanggaan terhadap kubah gambut pusat dan lokasi-lokasi sensitif lainnya untuk menjaganya dari dampak drainase.

Intervensi struktural melalui struktur kendali air merupakan alat sekunder.

Pengelolaan air dalam Grup APRIL direncanakan pada sebuah skala lanskap dan kemudian diimplementasikan pada tahap lebih detail melalui bendungan kendali air yang mengoptimalkan level air tanah. Pada hutan tanaman, level air dipertahankan pada kedalaman antara 40-90 cm yang memastikan pertumbuhan optimal dan pengurangan emisi karbon dibandingkan dengan lahan-lahan yang tidak dikelola dengan prinsip berkelanjutan di sekitarnya

Menghilangkan Risiko Kebakaran

Sebagai penyimpan karbon yang efisien, lahan gambut yang terbakar akan menghasilkan emisi karbon dioksida, yaitu salah satu gas rumah kaca. Akibatnya, sangat penting untuk mengeliminasi risiko kebakaran di area lahan gambut.

Grup APRIL tidak menoleransi (zero tolerance) kebakaran dalam lahan-lahan konsesinya dan memberlakukan standar yang sama kepada para pemasoknya. Kami berinvestasi sangat besar dalam upaya pencegahan kebakaran dan kemampuan penanggulangan kebakaran. Kami juga melibatkan masyarakat setempat dengan melakukan edukasi dan inisiatif pencegahan kebakaran berbasis insentif (menyediakan insentif untuk masyarakat yang tidak membakar lahan).

Cari tahu lebih lanjut tentang Pengelolaan Risiko Kebakaran kami.

Beberapa area lahan gambut mengandung Stok Karbon Tinggi atau High Carbon Stocks (HCS). Grup APRIL bekerja sama dengan pakar-pakar industri dan otoritas untuk menetapkan persyaratan identifikasi dan perlindungan kawasan HCS dengan tujuan diadopsinya standar-standar yang sesuai.

Kami terus bekerja sama dan mencari nasihat profesional dari para ilmuwan nasional dan internasional terkemuka di bidang hidrologi, konservasi dan pemantauan emisi gas rumah kaca untuk memajukan pemahaman kita tentang pengelolaan lahan gambut. Kami melibatkan para ahli eksternal untuk mengevaluasi dan memperkuat strategi pengelolaan lahan gambut jangka panjang dengan penekanan pada pengurangan/reduksi karbon yang sejalan dengan tujuan konservasi kami.

 Bagikan  Email  Cetak