Media

Berita, pengumuman dan informasi terkini tentang Grup APRIL

 Bagikan  Email  Cetak

Meskipun diklasifikasikan sebagai kegiatan usaha dengan pendapatan minimal, perekonomian Indonesia sangat bergantung pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Berdasarkan data APEC tahun 2018 jumlah UMKM mencapai 97 persen dari total keseluruhan usaha dan berkontribusi 50 persen terhadap tenaga kerja nasional.

Tak heran, kehadiran UMKM pernah menjadi ‘penyelamat’ perekonomian Indonesia pada krisis ekonomi yang terjadi 1998 lalu. Pemberdayaan UMKM menjadi semakin vital untuk memberikan perlindungan dan keberlangsungan usaha ini.

Di Provinsi Riau, jumlah UMKM dan Industri Kecil dan Menengah (IKM) mencapai 273.106 unit dan diperkirakan akan terus berkembang setiap tahunnya. Di Pangkalan Kerinci, telah lahir banyak UMKM yang tumbuh bersama dengan Grup APRIL (PT RAPP), yang beroperasi di wilayah ini sejak 1993 lalu.

RAPP konsisten mendukung pengembangan UMKM serta memberikan pembinaan kepada UMKM di sekitar wilayah operasional. Upaya perusahaan pulp dan kertas ini tergambar dari pengggalan cerita para mitra UMKM RAPP yang kini telah berhasil menjejakan langkah menuju masa depan yang lebih cerah. Simak kisah inspiratif mitra UMKM RAPP di bawah ini:

Robi Cahyadi

Sedari remaja, Robi Cahyadi telah mengemban tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga. Selesai menyelesaikan studinya di pesantren, Robi menyadari bahwa ia harus ikut mengurus kedai yang dikelola keluarganya, menanggalkan keinginannya melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Hingga di tahun 2004 ia mendapat informasi untuk membantu pengadaan tenaga kerja dan transportasi PT RAPP. Robi diminta untuk menjadi penyedia tenaga kerja dan transportasi untuk kebutuhan operasional RAPP. Robi pun langsung membentuk badan usaha penyedia tenaga kerja, yang awalnya hanya memiliki tiga orang pekerja.

Enam tahun bergulir, Robi tetap menjalankan kerja sama dengan PT RAPP hingga ia memutuskan untuk meresmikan perusahaannya secara hukum di tahun 2010. Terinspirasi dari toko yang dimiliki oleh orang tuanya, ia memilih PT Robi Bersaudara sebagai nama resmi perusahaannya yang kini telah memiliki lebih dari 100 karyawan.

Bidang penyediaan jasa yang dijalankan PT Robi Bersaudara pun lambat laun berkembang, dari hanya menyediakan tenaga kerja untuk pengawasan mobil lintas di daerah, perusahaan inipun kemudian dipercaya untuk membantu menyediakan jasa tenaga kerja untuk operator dan driver serta menyediakan jasa transportasi antar jemput karyawan PT RAPP.

Lebih dari itu, PT Robi Bersaudara pun memiliki andil besar dalam menjaga lingkungan dengan menyediakan mobil pemadam kebakaran yang digunakan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan di lokasi perkebunan PT RAPP. Baru-baru ini perusahaan Robi dipercaya menjalankan tugas untuk mempersiapkan lahan tanam dan pemanenan di daerah Logas, Pelalawan dan Meranti.

Perkembangan pesat PT Robi Bersaudara tersebut ternyata tidak terlepas dari andil PT RAPP melalui berbagai program Community Development yang dicanangkan khusus untuk pengembangan UMKM. Pendampingan dan pemantauan pun rutin dilakukan setiap bulannya untuk pembinaan quality control di perusahaan Robi.

“Sekarang, perusahaan saya dapat meraup keuntungan hingga kisaran Rp700 juta setiap bulannya,” ungkap Robi dengan senyum bangga.

Modal Nekat Rafi

Bagi sebagian besar orang, tidak mudah meninggalkan zona nyaman dan memulai hal yang baru. Hal ini tidak berlaku bagi Rafi, pria berumur 42 tahun yang nekat meninggalkan pekerjaan yang sudah ditekuninya selama 15 tahun di PT RAPP demi mengejar panggilan jiwanya.

“Saat itu saya sudah menjabat sebagai supervisor dengan penghasilan yang lebih dari cukup. Wajar saja bila akhirnya rekan-rekan saya menyebut saya gila,” ujar pria asli Kabupaten Pelalawan ini sembari terkekeh.

Keputusan besar tersebut diambilnya pada tahun 2014, tidak lama setelah ia mendengar kabar bahwa PT RAPP berencana melakukan pengembangan pabrik.

Saat itu ia merasa bahwa inilah waktu yang tepat untuk mewujudkan keinginan terpendamnya untuk menjadi pengusaha, Rafi pun enggan melewatkan peluang. Bermodal nekat, ia menggunakan tabungan yang telah terkumpul selama 15 tahun untuk memulai perusahaannya, PT Riau Dua Berlian.

Jatuh bangun pun tidak luput dari perjalanan Rafi. Ia bahkan mengalami kerugian finansial hingga harus menutup sementara perusahaannya yang masih berumur jagung.

Saat itulah Rafi merasa dukungan terbesar datang dari keluarga dan program pengembangan pembinaan UMKM yang dicanangkan oleh PT RAPP.

Rafi mendapatkan pelatihan manajemen bisnis hingga panduan untuk mendapatkan pinjaman bank sehingga ia bisa membangun lagi usahanya yang mati suri.

PT Riau Dua Berlian kini banyak merekrut penduduk setempat yang baru saja lulus dari sekolah dan datang kepada Rafi untuk bekerja.

“Awalnya perusahaan saya memasok empat karyawan ke PT RAPP, sekarang saya punya 90 orang yang bekerja untuk mereka,” ujar pemilik PT Riau Dua Berlian yang kini omset per tahunnya mencapai Rp2,4 miliar

Suksesnya Mantan Pembalak Liar

Pada tahun 1993, minimnya lapangan pekerjaan di Kabupaten Pelalawan memaksa Mahyuddin untuk menjadi pembalak liar. Bersama kawan-kawannya yang berasal dari daerah yang sama, mereka menebang pohon secara illegal untuk dijual kepada pengumpul kayu.

Namun di tahun 2002, regulasi ketat mengenai ekspor kayu dan tindakan tegas bagi para pelaku deforestasi hutan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia menggiring Mahyuddin untuk berurusan dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Akibatnya, beberapa peralatan miliknya pun disita, bisnis kayu ilegal miliknya otomatis dibredel.

Belajar dari insiden tersebut, Mahyuddin mendatangi PT RAPP dan tak gentar meyakinkan mereka agar mau bekerja sama dengannya. Hingga sekarang ia dipercaya untuk menjadi kontraktor penyedia jasa transportasi untuk PT RAPP.

Mahyuddin memulai kerja samanya dengan PT RAPP dengan menjadi kontraktor pengadaan truk untuk pengairan di Nursery PT RAPP pada awal 2005.

“PT RAPP lalu meminta kami membuat badan usaha yang kemudian dibentuk dalam CV Mitra Pelalawan Setia (MPS),” ungkap pria berusia 43 tahun itu.

“Awalnya kami merasa ragu, apakah kami mampu menjaga kepercayaan sebesar ini dari pihak PT RAPP. Selain mental, kami harus belajar melakukan administrasi keuangan. Tapi berkat bimbingan dari program pembinaan UMKM PT RAPP, kami bisa menjalaninya hingga sekarang,” tambahnya.

Bagi Mahyuddin, tidak sulit mengubah haluan hidupnya menuju arah yang lebih baik karena setiap langkahnya selalu mendapat dukungan berupa pelatihan yang menyeluruh dari PT RAPP.

Tak berhenti di situ, Mahyuddin juga mencari peluang di bidang lain. Ia pun merambah bidang jasa bongkar muat dan lagi-lagi berhasil mendapatkan kepercayaan untuk menjadi mitra UMKM PT RAPP sejak tahun 2006.

Di tahun 2012, usahanya berkembang semakin pesat. Mahyuddin bahkan mampu meningkatkan status Mitra Pelalawan Setia menjadi perseroan terbuka (PT). Sekarang, perusahaan yang dirintisnya dari awal ini telah mengoperasikan sejumlah 45 kapal dan memperkerjakan sebanyak 47 karyawan dengan omset bulanan mencapai Rp250 juta.

Ni’mah dan Hikmah Membatik

Ni’mah pernah menjalani kehidupan yang begitu sulit sehingga ia harus tinggal di sebuah gubuk yang berada di tengah-tengah perkebunan sawit dimana tidak ada aliran listrik maupun saluran air bersih yang dapat diakses.

Semua itu Ni’mah jalani sebagai perantau dari Jawa Tengah yang tinggal tanpa sanak saudara di Pangkalan Kerinci, Riau. Hingga di tahun 2015, ia mendapat tawaran dari seorang teman untuk mengikuti pelatihan menjadi seorang pengrajin batik di Rumah Batik Andalan.

Rumah Batik Andalan sendiri adalah sebuah wadah yang dibina oleh PT RAPP bagi para pengrajin batik untuk memproduksi dan menjual batik khas Riau.

Meski sempat ragu, Ni’mah akhirnya menerima tawaran tersebut. Ia memberanikan diri untuk bergabung dan menerima pelatihan membatik agar bisa menerima kondisi perekonomian keluarganya. Ia dilatih oleh ibu-ibu pembatik di Rumah Batik Andalan dan berkat kemauan besarnya untuk belajar, ia sudah dapat memproduksi batik sendiri dalam waktu 3 bulan.

“Hasil kain batik pertama saya dihargai Rp400 ribu. Saya sangat senang dan bangga ketika itu, akhirnya bisa menghasilkan uang dari membatik,” ungkap Ni’mah.

Tak berhenti sampai situ saja, sebagai bagian dari pengembangan UMKM PT RAPP selalu melakukan upaya maksimal demi memastikan bahwa seluruh mitra UMKM terberdayakan. Ni’mah dikirim ke Pekalongan oleh PT RAPP untuk mendapatkan pelatihan langsung dari para pelatih batik di sana.

Kini, Ibu dari tiga orang anak tersebut telah menjadi pengrajin batik tetap di Rumah Batik Andalan. Ni’mah memiliki penghasilan tetap setiap bulannya dan dari hasil membatik ia mampu menabung bahkan membeli rumah untuk keluarganya.

“Paling tidak dalam sebulan, saya bisa mendapatkan Rp 3 juta dari hasil membatik, ditambah juga dengan penghasilan suami. Kini pemasukan finansial keluarga kami sudah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak,” ucap Ni’mah sumringah.

Artikel Lainnya

APRIL Berbagi Berkah Melalui 8,000 Paket...
APRIL Berbagi Berkah Melalui 8,000 Paket... Kelompok usaha Royal Golden Eagle, melalui anak usahanya, Asian Agri, APRIL, Apical menggelar pasar murah bahan pokok untuk masyarkat yang tersebar di 16 titik ...
APRIL Membuka Akses Pendidikan Bagi Selu...
APRIL Membuka Akses Pendidikan Bagi Selu... Meratanya pendidikan yang berkualitas untuk seluruh masyarakat adalah salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan oleh PBB. Hal ini terc...
MENGAPA MENGGUNAKAN POHON AKASIA?
MENGAPA MENGGUNAKAN POHON AKASIA? Pohon akasia merupakan salah satu tanaman yang sering dijumpai di indonesia. Jenis tanaman ini merupakan salah satu bahan yang biasa digunakan dalam industri ...
 Bagikan  Email  Cetak