Media

Berita, pengumuman dan informasi terkini tentang Grup APRIL

 Bagikan  Email  Cetak

Pernahkah kalian membayangkan tinggal di sebuah gubuk yang berada di tengah-tengah perkebunan sawit, tak ada aliran listrik maupun saluran air bersih, dan semua serba terbatas?

Kesulitan tersebut pernah dirasakan Ni’mah, seorang pengrajin batik kelahiran Brebes, Jawa Tengah, yang kini tinggal di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia.

“Dulu saya tinggal di sebuah perkebunan sawit di Pangkalan Kerinci. Di sana cuma ada 7 keluarga. Tidak ada listrik, jalannya masih tanah. Kalau hujan, becek dan berlumpur. 

“Kalau saya mau ke pasar harus jalan kaki 5 kilometer,” Ni’mah memulai ceritanya.

Kisah haru Ni’mah dimulai ketika ia dan suaminya memutuskan untuk merantau ke Pangkalan Kerinci di tahun 2010. Ketika sampai di Pangkalan Kerinci, mereka kesulitan mencari pekerjaan. 

Karena tak punya uang, mereka memutuskan untuk tinggal di gubuk yang berada di perkebunan sawit, sambil bekerja sebagai penjaga kebun tersebut.

“Karena ketika itu saya tidak punya keahlian apa-apa, jadi saya bingung mau kerja apa selain menjadi penjaga kebun sawit.” kata Ni’mah.

Kabar baik datang kepada Ni’mah di tahun 2015. Tiba-tiba seorang teman memberikan tawaran kepada Ni’mah untuk dilatih menjadi seorang pengrajin batik di Rumah Batik Andalan, sebuah wadah bagi para pengrajin batik untuk memproduksi dan menjual batik khas Riau, yang dibina Grup APRIL. 

Ia sempat bingung dengan tawaran tersebut, karena merasa tidak memiliki kemampuan untuk membatik. Namun ia memberanikan diri untuk menerima tawaran untuk bergabung dengan Rumah Batik Andalan. Grup APRIL melalui salah satu unit bisnisnya PT RAPP memberikan kesempatan dan pelatihan membatik kepada Ni’mah, agar bisa memperbaiki kondisi perekonomian keluarganya.

“Karena dijanjikan akan dilatih terlebih dahulu, maka saya memutuskan untuk bergabung dengan Rumah Batik Andalan,” lanjut Ni’mah.

Setiap harinya, Ni’mah diajarkan cara membatik di Rumah Batik Andalan. Meskipun pada awalnya ia sempat bingung karena tidak tahu harus melakukan apa.

"Saya dilatih oleh ibu-ibu pembatik di Rumah Batik Andalan. Karena kemauan saya yang besar untuk membatik, dalam 3 bulan saya bisa memproduksi batik sendiri, " ujarnya.

“Hasil kain batik pertama saya dihargai Rp 400 ribu. Saya sangat senang dan bangga ketika itu, akhirnya bisa menghasilkan uang dari membatik” tutur Ni’mah.

Tak berhenti sampai di situ saja, untuk mempertajam kemampuannya dalam membatik, Ni’mah juga dikirim ke Pekalongan oleh PT RAPP untuk mendapatkan pelatihan langsung dari para pengrajin batik asli di sana.

“Saya kaget dan tidak menyangka sampai dikirim ke luar kota untuk dilatih membatik,” kata Ni’mah.

Kini Ibu dari tiga orang anak tersebut telah menjadi pengrajin batik tetap di Rumah Batik Andalan, dan memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Bahkan dari membatik, Ni'mah sudah mampu membeli rumah untuk keluarganya.

“Paling tidak dalam sebulan, saya bisa mendapatkan Rp 3 juta dari hasil membatik, dan ditambah juga dari penghasilan suami,” kata Ni’mah.

“Dari penghasilan tersebut kami sisihkan untuk menabung, dan Alhamdulillah sekarang sudah bisa membeli rumah, jadi tidak tinggal di gubuk lagi,” ujar Ni’mah.

Ni’mah juga mengungkapkan rasa syukurnya karena bisa bergabung dengan Rumah Batik Andalan. Menurutnya, semua yang ia miliki sekarang, tidak terlepas dari kontribusi PT RAPP yang melatihnya hingga menjadi pengrajin batik yang handal. 

Kini Ni’mah bahkan mampu menyekolahkan anaknya hingga masuk ke pesantren.

"Kalau saya enggak membatik mungkin anak saya putus sekolah,” kata Ni’mah.

Ke depannya, Ni’mah dan suaminya memiliki mimpi yang sangat mulia. Mereka bercita-cita suatu saat bisa berkunjung ke Mekah, untuk beribadah umrah.

“Yah mudah-mudahan nanti saya dan suami bisa menginjakan kaki di tanah suci," ujar Ni’mah.

Artikel Lainnya

Mengubah Sampah Menjadi Peluang Usaha: B...
Mengubah Sampah Menjadi Peluang Usaha: B... Sekam, atau yang biasa disebut gabah biasanya hanya menjadi limbah pertanian yang tidak berguna. Namun bagi Jufri, seorang pengusaha asal Pangkalan Kerinci, s...
APRIL Dukung Upaya Kurangi Produk Plasti...
APRIL Dukung Upaya Kurangi Produk Plasti... APRIL mendukung upaya mengurangi produk plastik sekali pakai di Indonesia dengan kampanye meminimalisasi penggunaan plastik di Kompleks RAPP, Pangkalan Kerinci,...
Program Pertanian Terpadu Bantu Petani
Program Pertanian Terpadu Bantu Petani Di tengah keterbatasan lahan dan situasi cuaca yang tidak menentu, sistem pertanian terpadu menjadi solusi jitu bagi petani yang ingin mengelola lahan secara pr...
 Bagikan  Email  Cetak