Media

Berita, pengumuman dan informasi terkini tentang Grup APRIL

 Bagikan  Email  Cetak

Siapa sangka sebuah kota kecil bernama Pangkalan Kerinci, yang berlokasi sekitar 70 km dari Pekanbaru, Indonesia, berhasil menjadi kota penghasil pulp dan kertas terbesar, dimana hasil tersebut digunakan oleh jutaan orang diberbagai belahan dunia.  

Sejak tahun tahun 2005, kota tersebut juga menjadi penghasil tenaga kerja di industri pulp dan kertas terbesar di Indonesia. Semua ini berkat Grup APRIL, yang mendirikan APRIL Learning Institute (ALI). ALI menjadi sebuah pusat pelatihan dan pengembangan karyawan milik Grup APRIL.

ALI didirkan atas dasar inisiatif dari Chairman APRIL, Sukanto Tanoto, yang sangat peduli dengan pengembangan dan peningkatan kualitas setiap karyawannya. Menurut Fahrizal Tampubolon, selaku ALI Head, ALI bertanggung jawab membuat seluruh karyawan mampu menjalankan strategi yang sudah dipersiapkan perusahaan, baik secara teknikal maupun soft skill.

.
Salah satu trainer di ALI yang tengah menjelaskan materi kepada para peserta training

Semarak perhelatan pentas olahraga terbesar se-Asia tahun 2018 yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang, Indonesia, tengah menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan. Hampir seluruh penduduk Indonesia, mulai dari yang muda hingga yang tua, turut merayakan dan menyemangati Tim Indonesia yang tengah berjuang meraih medali di pesta olahraga internasional tersebut.

Untuk bisa menorehkan prestasi di ajang olahraga internasional, tentunya dibutuhkan persiapan dan pelatihan yang diberikan kepada calon atlet-atlet masa depan sejak dini.

Bagi para atlet muda yang tinggal di daerah-daerah, mungkin tidak seberuntung atlet lain yang tinggal di kota dalam mengakses fasilitas olahraga yang mereka butuhkan.

Menyadari hal ini, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), yang merupakan anak perusahaan APRIL membuat sebuah program bernama Pusat Pengembangan dan Pelatihan Atlet Masa Depan (PPLAMD), yang terletak di Kabupaten Pelalawan.

Program PPLAMD didirikan pada tahun 2007 atas dasar inisiatif PT RAPP dan Bupati Pelalawan ketika itu. Tujuannya adalah untuk menyediakan fasilitas bagi para siswa yang memiliki bakat terpendam, khususnya di bidang olahraga. Dengan begitu, segala talenta yang dimiliki para atlet Kabupaten Pelalawan bisa tersalurkan melalui PPLAMD ini. PPLAMD sendiri memfokuskan programnya pada 3 cabang olahraga, di antaranya karate, badminton, dan tenis. Ketiga cabang olahraga tersebut sama-sama berhasil mengukir prestasi yang sangat membanggakan.

Tropi dan medali para atlit muda di Pangkalan Kerinci

Sulaiman, Fire Emergency Response Team dari APRIL Group

Tahun 2014, lahan seluas 300 hektar di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, provinsi Riau, Indonesia terbakar. Sulaiman, 42 tahun, adalah salah satu petugas yang ikut membantu memadamkan api dalam kebakaran hutan tersebut.

Sulaiman merupakan anggota dari Fast Emergency Response Team (FERT) di at PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), dimana mereka bertanggung jawab dalam mengendalikan kebakaran hutan yang dapat berpengaruh terhadap konsesi RAPP.

Meskipun kebakaran di Pulai Rupat bukan bagian dari konsesi RAPP, Sulaiman dan timnya tetap bertekad untuk membantu memadamkan dan berjuang bersama pemadam kebakaran dari polisi dan pemerintah setempat.

“Selama 2 minggu, kami ada disana untuk membantu. Kami harus jalan jauh ke dalam hutan untuk menemukan darimana sumber api tersebut berasal” cerita Sulaiman.

Ia juga bercerita bahwa tim harus berjalan kurang lebih 5 kilometer untuk mencapai sumber api dikarenakan tidak ada akses langsung menuju lokasi. Dalam perjalanannya, mereka  membawa peralatan pemadam kebakaran dan sumber air mereka.

Dikarenakan hal tersebut, Sulaiman dan tim harus rela untuk tinggal di dalam hutan dengan keterbatasan makanan selama dua minggu. Karena tidak mungkin bagi mereka untuk meninggalkan hutan di tengah-tengah upaya pemadaman kebakaran kala itu.

“Berbagai tantangan kami lalui selama di lapangan, namun pada akhirnya semua terbayarkan, kami dapat mengatasi kebakaran hutan ini” lanjut Sulaiman.

Sulaiman dan Tim FERT selalu memastikan peralatan pemadaman dalam keadaan baik

Beberapa tahun yang lalu, kehidupan Apo, 32 tahun, dan keluarganya sungguh sangat berat.

Apo merupakan salah satu warga desa Penyengat yang masih menggantungkan penghasilnya pada perkebunan. Namun karena keterbatasan peralatan dan lahan, hasil yang didapat pun tidak maksimal, pendapatannya hanya berkisar Rp 300.000 hingga Rp 500.000

“Mungkin karena lahan yang tidak besar dan tidak fokus sehingga hasilnya tidak banyak,” ujar Apo.

Apo memutar otak bagaimana caranya agar ia bisa meningkatkan perekonomiannya. Kemudian ia memutuskan untuk bergabung bersama Kelompok Bina Tani yang ada di desanya. Apo bersama dengan kelompok Bina Tani kemudian mendapatkan pembinaan dari departemen Pengembangan Masyarakat PT RAPP yang mengarahkan pada program One Village One Commodity (OVOC). 


Salah satu petani nanas di Desa Penyengat

 Bagikan  Email  Cetak