Media

Berita, pengumuman dan informasi terkini tentang Grup APRIL

 Bagikan  Email  Cetak
Maggie, peneliti termuda penerima beasiswa master

Di umurnya yang baru menginjak 27 tahun, Maggie Vency Maretha telah sukses meniti karirnya. Ia menjadi peneliti termuda di divisi Research and Development Grup APRIL.

Tak hanya di situ saja, Maggie juga memiliki prestasi lain, yaitu dengan menjadi salah satu karyawan termuda yang pernah menerima beasiswa dari perusahaan untuk melanjutkan studinya ke luar negeri.

Ketika pertama kali bergabung dengan Grup APRIL, usia Maggie baru menginjak 23 tahun, tepat setelah ia lulus dari Universitas Surabaya dengan gelar Sarjana Bioteknologi pada tahun 2014.

 

FAC goes to school

“Kapan edisi komik berikutnya akan keluar? Bisakah kami mendapatkan komik lebih banyak lagi untuk perpustakaan sekolah? Apakah kalian mengunjungi sekolah kami lagi? Kapan?”

Itulah sederet pertanyaan yang dilontarkan oleh para siswa dan kepala sekolah dari berbagai sekolah di Indonesia kepada Riana Ekawati, Project Officer di Program Masyarakat Peduli Api (FAC) yang dicanangkan oleh APRIL dalam kurun waktu satu tahun kebelakang.

Di tahun 2017, Riana telah bekerja keras untuk memperkenalkan dan meningkatkan kesadaran akan bahaya kebakaran hutan dan lahan di kalangan para siswa di 81 sekolah (51 Sekolah Dasar dan 30 Sekolah Menengah Pertama).

Program FAC ini adalah bagian dari Program Desa Bebas Api (FFVP) yang telah dirilis sejak tahun 2016, yang bertujuan untuk memperkenalkan konsep bebas kebakaran dan meningkatkan rasa inisiatif masyarakat, melalui berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat tersebut.

Salah satunya adalah melalui Program Sekolah Sadar Api, yang mencoba meningkatkan kesadaran para siswa SD dan SMP dampak buruk yang dihasilkan oleh kebakaran. Mereka diajak untuk berpartisipasi dalam lokakarya interaktif berupa diskusi dan seminar yang menarik.

Karyawan yang telah lulus Paket B & C

Meratanya pendidikan yang berkualitas untuk seluruh masyarakat adalah salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan oleh PBB. Hal ini tercantum dalam poin keempat SGDs, yang berusaha memastikan setiap orang dapat mengenyam pendidikan wajib belajar 9 tahun di tahun 2030.

Syahzidah Afdilla Lubis, sempat putus asa tatkala dihadapkan pada kenyataan bahwa dirinya tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke tingkat Sekolah Menegah Atas (SMA). Syahzidah berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga bagi dia dan keluarga, pendidikan adalah sebuah kemewahan.

Syahzidah memutuskan untuk bekerja sebagai seorang petugas kebersihan di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) untuk membantu perekonomian keluarga. Namun, Syahzidah menyimpan keinginan yang besar untuk dapat melanjutkan pendidikannya.

Kabar gembira menghampiri Syahzidah ketika manajemen RAPP membuka program Kelompok Belajar Paket B dan C untuk para karyawannya. Melalui program ini Syahzidah berkesempatan mengikuti kegiatan belajar non formal, yang dilaksanakan 2-3 kali dalam seminggu.

Meyli, Karyawan RAPP pendiri Serikat Tolong Menolong

Kebahagiaan akan bisa terwujud ketika kita bisa saling berbagi. Prinsip tersebutlah yang dipegang Meyli, ketika dirinya tergerak untuk membantu rekan kerjanya yang tengah tertimpa musibah. Meskipun Grup APRIL telah memberikan jaminan kesehatan kepada karyawan dan keluarganya tersebut, Logistic Supply Chain Manager di Grup APRIL ini tetap berinisiatif membantu dengan mengumpulkan sejumlah dana.

“Pada tahun 2010, salah satu rekan kerja saya mengalami musibah. Anaknya menderita penyakit yang cukup parah. Lantas saya dan rekan-rekan yang lain berinisiatif untuk mengumpulkan dana, dan dari sanalah Serikat Tolong Menolong Lahir,” ujar Meyli.

Kemudian Meyli mengajukan proposal ke divisi Sumber Daya Manusia (HR) di perusahaanya untuk turut membantu gerakan Serikat Tolong Menolong ini. Perusahaan pun mendukung secara penuh ide Meyli.

 Bagikan  Email  Cetak