Media

Berita, pengumuman dan informasi terkini tentang Grup APRIL

 Bagikan  Email  Cetak

Lebih dari 25 tahun yang lalu, Kota Pangkalan Kerinci, Riau di Pulau Sumatera di Indonesia hanya dihuni 200 orang kepala keluarga. Saat itu tidak ada jalan sehingga satu-satunya akses hanya berjalan kaki atau naik perahu, dan sebagian besar penduduknya mencari nafkah sebagai nelayan atau penebang liar.

 

Saat ini kota Kerinci dihuni lebih dari 100.000 orang dengan lapangan udara kecil dan dua pelabihan serta menjadi kota yang memproduksi produk yang digunakan di banyak negara di seluruh dunia.

Di tengah keterbatasan lahan dan situasi cuaca yang tidak menentu, sistem pertanian terpadu menjadi solusi jitu bagi petani yang ingin mengelola lahan secara produktif dan tetap mendapatkan hasil yang maksimal. Sistem pertanian terpadu adalah sistem pengelolaan pertanian yang bertujuan untuk menghasilkan produk pertanian yang lebih berkelanjutan, dengan menggunakan berbagai cara budidaya di ruang atau lahan yang kecil.

Sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan dan kegiatan sejenis di dalam satu lahan yang sama tersebut mampu memberikan tambahan pendapatan bagi petani yang selama ini hanya menggantungkan hasil dari lahan tradisional saja. Sistem ini memperpanjang siklus produksi dengan mengoptimalkan pemanfaatan hasil di samping pertanian utama. Artinya, jika masa panen hasil pertanian belum tiba, petani masih mampu menghasilkan pendapatan dari hasil sampingan dengan beternak, berkebun dan budidaya ikan.

Dengan begitu, pendapatan petani akan tetap mengalir, berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan, serta dapat mengatasi masalah kemiskinan yang menjadi prioritas nasional. Sebagai perusahaan yang mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah (UMKM) di sekitar wilayah operasional, APRIL mendukung penerapan sistem tersebut dengan menginisiasi  Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System/IFS) sejak 1999.

Program ini merupakan bagian dari inisiatif Pengembangan Masyarakat yang menyediakan pelatihan bagi petani, memfasilitasi bantuan teknis dengan tujuan utama meningkatkan pendapatan petani dari kegiatan agribisnis. Hingga hari ini, program ini telah melibatkan 2.200 petani dan 119 kelompok tani dengan luas lahan mencapai 1.632 hektar.

Pada tahun 2017, sebanyak 167 petani mendapatkan pelatihan mengolah lahan pertanian serta 57 kelompok tani mendapatkan dukungan berupa bahan pertanian. Sejauh ini sebanyak 2.200 rumah tangga mendapatkan bantuan berupa bahan pertanian yang disalurkan melalui program ini.

Minimnya kesempatan kerja yang ada di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, pada tahun 1993, membuat Mahyuddin Pasaribu memutuskan untuk bekerja sebagai seorang pembalak liar.

Bersama kawan-kawannya yang berasal dari daerah yang sama, mereka menebang pohon dan menjualnya kepada pengumpul kayu.

Namun di tahun 2002, pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi yang ketat mengenai ekspor kayu dan tindakan tegas bagi para pelaku deforestasi ilegal. Dua tahun kemudian, Mahyuddin pun harus berurusan dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Akibatnya, beberapa peralatan miliknya pun disita, dan bisnis kayu yang telah ia jalani tersebut pun terpaksa harus tutup.

Setelah kejadian tersebut, Mahyuddin tetap berusaha mencari jalan lain untuk menghidupi keluarganya. Ia pun mendatangi Riau Andalan Pulp and Paper-sebuah anak perusahaan milik Grup APRIL, yang ketika itu tengah memperluas area operasi-dengan tujuan mencari kesempatan kerja.

“Saya jelaskan kepada mereka bahwa saya sebenarnya tidak berniat melakukan pembalakan liar, namun saya terpaksa melakukannya karena saya butuh uang untuk menafkahi keluarga saya,” ujar Mahyuddin.

Rendy Kurniawan, 13 tahun, tidak lagi harus khawatir saat ingin berangkat sekolah setiap hari berkat Program Desa Bebas Api yang diinisiasi oleh Grup APRIL. Dulu Rendy takut berangkat ke sekolah karena harus melewati jembatan tua dari kayu yang sudah rapuh.

“Saya pernah jatuh dari sepeda, seragam kotor dan basah. Jadi saya memutuskan untuk pulang ke rumah dan tidak sekolah,” ujar Rendi yang kini duduk di kelas 2 SMP Negeri Tanjung Padang, Kepulauan Padang, Riau.

“Kebanyakan kawan saya pernah mengalami hal yang sama. Mereka akhirnya memilih untuk tidak sekolah. Sekarang semua sudah berubah,” ujarnya.

Desa Tanjung Padang mendapatkan hadiah sebesar Rp 100 juta dalam bentuk hibah infrastuktur dari Program Desa Bebas Api Grup APRIL tahun 2016. Mereka berhasil menjadi desa yang sukses mencegah kebakaran lahan dan hutan sepanjang tahun 2016. Setelah mendapatkan hadiah tersebut, para petinggi desa bersama tokoh masyarakat memutuskan membangun jembatan.

 Bagikan  Email  Cetak